Mengingkari rububiyah atau salah satu kekhususannya atau mendakwakan diri memilikinya atau membenarkan orang yang mendakwakannya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan mereka (orang-orang kafir) berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. al-Jatsiyah : 24)
Kedua
Menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “al Masih [Nabi Isa] sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.” (QS. an-Nisaa’ : 172-173)
Ketiga
Mengangkat perantara dan pemberi syafaat yang dijadikan sasaran doa dan pemujaan selain Allah ta’ala
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada Kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (QS. Yunus : 18)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, Padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” (QS. ar-Ra’d : 14)
Keempat
Menentang sesuatu yang telah jelas-jelas ditetapkan oleh Allah atau Rasul-Nya untuk menjelaskan tentang sifat-sifat-Nya, atau meyakini makhluk ada yang memiliki sifat-sifat kekhususan Allah seperti mengetahui perkara gaib. Demikian pula orang yang justru menetapkan sesuatu yang jelas-jelas ditolak Allah atau Rasul-Nya ketika menceritakan tentang sifat-sifat-Nya, seperti mengatakan bahwa Allah memiliki anak atau orang tua.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlash : 1-4)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’raaf : 180)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam : 65)
Kelima
Mendustakan suatu ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan jika mereka mendustakan kamu, Maka Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian aku azab orang-orang yang kafir; Maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.” (QS. Faathir :25-26)
Keenam
Meyakini ketidaksempurnaan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menentang hukum syari’at yang diturunkan Allah kepada dirinya, meyakini bahwa hukum selain yang ditetapkan Nabi sebagai hukum yang lebih baik, lebih sempurna dan lebih lengkap dalam memenuhi kebutuhan umat manusia, atau meyakini hukum Allah dengan hukum dari selain Allah itu sama baiknya, atau meyakini baiknya hukum Allah akan tetapi membolehkan berhukum sengan selain hukum Allah.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisaa’ : 60)
Ketujuh
Tidak meyakini kafirnya orang-orang musyrik atau meragukan kekafiran mereka karena keraguan semacam ini sama halnya dengan meragukan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang Rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata : “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan Sesungguhnya Kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadaNya.” (QS. Ibrahim : 9)
Kedelapan
Melakukan penghinaan atau mengolok-olok al-Qur’an, agama, pahala atau siksa dan sebagainya, atau menghina salah satu Nabi, baik hal itu dilakukan dengan main-main atau serius.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. at-Taubah : 65-66)
Kesembilan
Membantu dan menolong orang-orang musyrik dalam memerangi kaum muslimin.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Maa’idah : 51)
Kesepuluh
Meyakini ada sebagian orang yang boleh tidak mengikuti syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana halnya kasus Khidir bersama Nabi Musa ‘alaihimassalaam.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maa’idah : 3)
Kesebelas
Berpaling meninggalkan ajaran-ajaran agama Allah, tidak mau mempelajarinya dan tidak mau mengamalkannya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. as-Sajdah : 22)
Ini merupakan beberapa pembatal keislaman, sedangkan di sana masih terdapat berbagai macam pembatal yang lainnya yang secara umum bisa dipulangkan pada sebagian diantara pembatal yang sudah disebutkan di sini, seperti contohnya ; sihir, menentang ayat Qur’an, meragukan mukjizatnya, menghalalkan sesuatu yang telah disepakati haramnya seperti menghalalkan zina atau meminum khamr, mencaci maki agama, kita berlindung kepada Allah dari kesesatan. Wallahu a’lam. (diambil dari Kitabut Tauhid li Shaffits Tsani ‘Ali, hal. 19-22)
Sumber: http://abumushlih.com/pembatal-keislaman.html/#more-464
Tidak ada komentar:
Posting Komentar