Tidak berdasar orang muslim yang mengatakan bahwa manusia tidak berhak mengatakan siapa manusia yang sesat dan siapa tidak sesat
Oleh: Zarnuzi Ghufran
"Siapa yang punya otoritas untuk menilai sesat, siapa yang yang tahu faham ini sesat atau tidak, tiada yang berhak untuk menilai sesat kecuali Tuhan".
Kalimat-kalimat seperti ini akhir-akhir ini sering kita dengar, baik di televisi atau di media tulis, diungkapkan oleh orang yang menolak penilaian suatu faham tertentu, seperti Ahmadiyah, Lia Aminudin, dan lainnya sebagai faham yang sesat. Menurut mereka, yang mengetahui sesat atau tidak hanyalah Tuhan. Di antara mereka ada yang mencoba menukil sebuah ayat dari Al-Quran:
"Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk." (QS An-Nahl:125)
Bisakah ayat ini dijadikan legitimasi pendapat mereka? Sepertinya kita perlu memperhatikan ayat sebelumnya dan segala hal yang terkait dengan ayat ini untuk mengetahui kejelasan pemahaman ayat ini.
Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ketika berselisih dengan kaum Yahudi dalam menetapkan hari yang diagungkan Allah swt di setiap minggunya untuk dijadikan hari raya dan hari berkumpul bersama untuk beribadah. Sebelumnya, Allah swt telah menetapkan hari Jumat kepada Nabi Ibrahim as., kepada kaum Yahudi lewat lisan Nabi Musa as., dan kepada kaum Nasrani lewat lisan Nabi Isa as. Akan tetapi kaum Yahudi menolak dan memilih hari Sabtu, serta kaum Nasrani menolak dan memilih hari Minggu.
Nabi Muhammad saw mengajak kaum Yahudi untuk kembali mengikuti petunjuk Tuhan dan mereka pun tetap menolak dan memilih dalam kesesatan. Dan Allah swt berkata kepada Nabi Muhammad bahwa Dia yang lebih mengetahui siapa yang berhak Dia beri petunjuk dan siapa yang berhak mendapat kesesatan, dan tugas Nabi hanyalah menunjukan jalan kebenaran yang telah Tuhan berikan agar terhindar dari kesesatan, adapun hidayah adalah hak absolut Tuhan. (lihat:Tafsir Ibnu Katsir, dll)
Dari keterangan ini dapat kita fahami bahwa pemahaman ayat tersebut bukan menunjukan manusia tidak bisa mengetahui siapa yang sesat dan bukan, akan tetapi siapa yang berhak Tuhan beri petunjuk dan Dia sesatkan setelah Dia mengutus para Rasul untuk memberi tahu umat manusia; mana jalan sesat dan mana jalan yang benar.
Menjadi mentahlah argumen orang yang mengatakan, "Manusia tidak berhak menilai tentang sesat atau bukan, karena hanya Tuhan yang tahu," karena Allah swt sendiri telah memberi tahu kepada kita, siapa yang yang menurut Dia sesat atau bukan lewat Rasul yang Dia utus dan Kitab Suci yang Dia turunkan yang berisi firman-firman-Nya.
"Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al-Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka Sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri". (QS Al-Zumar:41)
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)."(QS.Al-Baqoroh:185)
Orang yang menolak adanya klaim sesat di dunia --karena menurutnya hanya Tuhan yang tahu, sebenarnya memiliki kerancuan di dalam berpikir. Mereka seolah-olah ingin mengagungkan Tuhan, akan tetapi sebenarnya malah sebaliknya. Di sini dapat kita ketahui kerancuan cara berpikir mereka:
Pertama, kita tahu Allah swt akan menempatkan orang yang sesat di dalam neraka, sebagai balasan atas perbuatannya ketika di dunia. Jika dilihat dari cara berpikir mereka, seolah Tuhan tidak bijaksana (Maha Suci Allah dari ketidakbijaksanaan), karena Tuhan menempatkan orang-orang yang menurut Dia sesat di neraka, sedangkan mereka tidak tahu kalau perbuatan mereka selama di dunia adalah sesat, karena hanya Tuhan yang tahu. Jika demikian, sama dengan mengganggap Tuhan berbuat tidak adil (Maha Suci Allah dari ketidakadilan) karena ingin menghukum manusia yang tersesat tanpa memberi tahu apa itu sesat terlebih dahulu, atau dalam bahasa kita, tidak ada sosialisai atau informasi sebelumnya.
Di dalam Al-Quran, penghuni neraka mengeluh karena menyesal tidak mengikuti petunjuk Tuhan ketika mereka hidup di dunia. Hal ini akan berbeda jika kita mengikuti asumsi tentang sesat yang tahu hanya Tuhan, maka keluhan ahli neraka akan berubah menjadi perotes:
" Ya Tuhan...! Kenapa Kau masukan aku ke neraka karena menurutmu aku sesat, kami kan tidak tahu kalau apa yang aku lakukan selama di dunia ternyata sesat, yang tahu kan hanya Engkau. Kenapa Engkau tidak memberi tahu kami, agar kami bisa menjauhinya".
Kedua, seolah Tuhan telah melakukan kesia-siaan (Maha Suci Allah dari kesia-siaan dari apa yang Dia perbuat) di dalam mengutus para Nabi dan menurunkan Kitab Suci kepada hamba-Nya, karena manusia tetap saja tidak mendapat informasi apa itu sesat atau bukan, padahal dengan jelas Dia berfirman di dalam Al-Quran bahwa Dia mengutus para rasul dengan membawa kitab suci untuk menjadi petunjuk bagi manusia.
Ketiga, jika mereka benar-benar tetap mengatakan bahwa hanya Tuhan yang tahu, kenapa mereka tidak mencari informasi dari firman Tuhan itu sendiri (Kitab Suci: Al-Quran) atau lewat para utusan-Nya(Rasul), atau mereka memang tidak mengimani keduanya sebagai sumber dari Tuhan? Lalu dengan petunjuk apa dan siapa mereka dapat mengetahui tentang sesat, sedangkan neraka telah menanti orang-orang yang sesat di dunia, apakah mereka ingin langsung bertanya dengan Tuhan?
Maha suci Allah swt yang Maha Bijaksana, yang telah mengutus Rasul dan menurunkan Kitab Suci sebagai pemberi informasi tentang kebenaran dan kesesatan kepada manusia, sehingga mereka dapat memilih jalan mana yang harus ditempuh dengan segala konsekuensinya.
Dan Maha Adil Allah swt yang tidak akan menyiksa hamba yang tersesat karena Dia belum menurunkan informasi tentang jalan yang benar dan jalan yang sesat, dan Dia yang akan menyiksa setiap orang yang menolak untuk mengikuti petunjuk yang telah Dia berikan kepada umat manusia lewat para Rasul.
"Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah swt), maka sesungguhnya dia telah berbuat untuk (keselamatan) diri sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) diri sendiri, dan seseorang yang berdosa tidak bisa memikul dosa orang lain dan kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang Rasul." (QS.Al- Isro:17)
Itulah kebijaksanaan Tuhan, yang tidak akan meminta pertanggung jawaban kepada hamba-Nya kecuali bagi mereka yang telah diberi tahu tentang tanggung jawab apa yang harus dipikulnya di hadapan-Nya.
Dari sinilah pula kita mengetahui fungsi diutusnya para Rasul dengan membawa Kitab Suci, yang tidak lain adalah untuk memberi petunjuk kepada kita, mana jalan yang sesat yang harus kita jauhi dan mana jalan yang lurus yang harus kita tempuh.
"Dialah (Allah) yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (QS Al-Taubah:33)
"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah." (QS:Al-Nisa:80)
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS:Al-Nisa:115)
Saya rasa sangat tidak berdasar orang -terlebih jika orang muslim- yang mengatakan bahwa manusia tidak bisa mengetahui; siapa manusia yang sesat dan bukan, karena tidak mau memahami fungsi diturunkannya Kitab Suci dan diutusnya rasul oleh Allah swt. Dan sekarang bukan saatnya lagi untuk mengatakan tidak adanya informasi tentang hal ini, karena Rasul telah diutus, firman Tuhan telah diturunkan, yang tertuang dalam kitab suci dan pewaris para nabi (ulama) sangat banyak untuk kita jadikan tempat bertanya tentang agama.
"(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah swt sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah swt Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." QS: Al-Nisa:165)
"Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi ingkar/kafir, padahal ayat-ayat Allah swt dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah swt, maka sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus."( QS: Ali Imron:101)
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya mereka para ulama adalah pewaris para nabi." (HR.Bukhori)
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu tidak mengetahui." (Al-Nahl : 43)
Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengungkapkan apa dan siapa yang sesat, karena sangat banyaknya kriteria sesat yang tertulis di dalam Al-Quran dan As-Sunah. Tulisan ini hanya bertujuan memberi informasi bahwa informasi tentang sesat itu terdapat di dalam dua kitab tersebut. Dan bukan saatnya lagi untuk mengatakan bahwa yang tahu hanya Tuhan dan kita tidak ada yang tahu, karena Tuhan sendiri telah memberi tahu kita lewat Al-Quran dan Sunah rasul-Nya, dan kita pun bisa mengetahui. Walaupun kita tidak mengingkari bahwa Tuhan lebih mengetahui, akan tetapi informasi yang telah Tuhan berikan sudah sangat mencukupi untuk dijadikan petunjuk.
Sekarang tinggal diri kita, mau atau tidak untuk memanfaatkan kedua sumber informasi tersebut. Bagi yang belum mampu memahami isi kedua kitab tersebut dengan baik, lebih baik bertanya kepada ulama yang berkompeten di bidangnya atau mengikuti fatwa-fatwa mereka agar terhindar dari kesalahfahaman.
*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Sariah Universitas Al Ahqoff, Hadramaut,Yaman
Kamis, 25 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar